Selasa, 18 Maret 2014

PPI: Pemikiran Al-Mawardi tentang Pemerintahan Arab-Islam

Al-Mawardi (Ilustrasi)
Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi Al-Bashri adalah seorang pemikir Islam terkenal, ahli fiqh terkemuka dari ahli mzhab Syafi'i, serta tokoh politik yang cukup berpengaruh pada masa daulah Abbasiyah. Beliau hidup antara 364 dan 450 H.

Al-Mawardi terpilih menjadi qadhi (hakim) di beberapa negara dan cukup terkenal sehingga mendapat gelar Aqdal Qudat (hakim agung). Banyak karya yang ditulis Al-Mawardi. Diantaranya adalah At-Tafsir, Al-Hawi Al-Kabir, Al-Iqna, Adab Al-Qady, A'lam An-Nubuwah, An-Nahw, Fi Al-Amtsal wa Al-Hukm, Adab Ad-Dunya wa Ad-Din. Adapun karya tulisnya yang bertema kepolitikan yaitu Al-Ahkam As-Sulthaniyyah(Norma-Norma Pemerintahan), Nashihah Al-Muluk (Nasihat untuk Para Pemimpin), Tashil An-Nazhr wa Ta'jil Azh-Zhafr, dan Qawanin Al-Wazarah wa Siyasah Al-Muluk (Undang-Undang Kementrian dan Politik Para Pemimpin).

Al-Mawardi berpendapat bahwa manusia adalah makhluk sosial secara alami. Al-Mawardi pun berpendapat bahwa manusia membutuhkan orang lain karena tidak mungkin dapat memenuhi semua kebutuhannya sendirian seperti halnya yang disampaikan oleh Plato dan Aristoteles. Dan yang terbaru dari Al-Mawardi adalah ia memasukkan makna agama ketika menegaskan bahwa Allah telah menciptakan kita dalam keadaan lemah sehingga kita menyadari bahwa Dia adalah Pencipta dan Pemberi rezeki.

Dalam Sistem Pemerintahannya, Al-Mawardi berpendapat bahwa imam atau khalifah harus berasal dari Arab Quraisy. Ia pun menegaskan bahwa wazir tafwidh (pembantu utama khalifah) harus berbangsa Arab. Jabatan ini menurutnya lebih penting daripada wazir tanfidz. Di samping itu, ia meletakkan sistem politik bagi pemerintahan. Ia berbicara tentang kriteria imam (khalifah),wazir, pemimpin daerah, panglima tentara, hakim, muhtasib, dan wali Al-Mazhalim. Ia berbicara pula tentang prinsip dan urgensi setiap jabatan serta aturan-aturannya. Ini semua membuktikan bahwa Al-Mawardi memahami dengan benar persoalan-persoalan politik pada masanya.

Menurut pendapat saya, sistem pemerintahan pada masa Al-Mawardi tidak jauh berbeda dengan sistem kepemerintahan Indonesia saat ini walaupun memang pada dasarnya Indonesia tidak sepenuhnya menggunakan sistem Arab-Islam, melainkan Sistem Demokrasi Terpimpin. Bisa kita lihat dari susunan jabatan pada masa kepemimpinan Al-Mawardi, ada Imamah, Kementrian (Wazarah), Pemerintahan Daerah ('Imarat 'ala al-Aqalim wa al-Buldan), serta ada pula Dinas Umum (Wazha'if 'Ammah).

Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, bukan? Dimana Indonesia juga memiliki beraneka ragam jabatan, mulai dari pemimpin yang biasa kita sebut Presiden sebagai jabatan tertinggi di Indonesia, DPR, MPR, dll. Perbedaannya adalah di Indonesia terlalu banyak jabatan dan itu membuat saya pusing. Sebenarnya Passion saya bukanlah di mata kuliah perpolitikan namun apalah daya karena saya masuknya di jurusan ini jadi mau tidak mau saya harus mengerti politik.

Dari penjelasan Pak Gonda minggu lalu, saya hanya bisa menangkap pada penjelasan yang awal saja, dari tengah hingga akhir kelas saya tidak mengerti karena dikejar oleh waktu sehingga materi yang disampaikan juga harus dipercepat dan karena faktor ngantuk juga. Dari penjelasan beliau saya lumayan suka dengan sistem pemerintahan pada masa Al-Mawardi ini, teratur dan sesuai dengan ajaran agama Islam. Saat dikelas saya tiba-tiba berimajinasi apakah bisa Indonesia seperti itu? Iya mungkin kita tidak akan bisa menggunakan hukum/sistem Islam sepenuhnya karena tidak semua masyarakat Indonesia memeluk agama Islam walaupun negara kita dikatakan mayoritas umat muslim. Mungkin negara kita akan lebih makmur dan "bahagia" apabila kita mengikuti tata cara berpolitik pada masa Al-Mawardi dimana semuanya dilaksanakan secara jujur dan adil. Semuanya serba transparan dan mengikuti Al-Qur'an. Tidak seperti di Indonesia, para koruptor haus akan jabatan saling memperebutkan kekuasaan dengan mengandalkan janji-janji manis mereka kepada masyarakat yang merintih menginginkan kesejahteraan.

Hanya itu yang bisa saya tangkap dari penjelasan Pak Gonda, semoga beliau memaafkan kekhilafan saya karena mengantuk selama didalam kelas. Amin. Dan semoga Indonesia bisa menjadi negara yang lebih baik lagi, baik akhlak dan moralnya. AMIN

0 komentar:

Posting Komentar

kasih dong komentar kamu, sobat fresh ^^